Rabu, 25 April 2012
Ringkasan Jurnal Teori
Organisasi Umum 2
Nama Kelompok:
- Dwie Restiani
- Novika Ari Pahlawati
- Restu Anjani
Proyeksi Penawaran dan
Permintaan Beras 2007-2010
Oleh:
Edi Abdurachman
Faculty Binus Business School,
Jakarta
Jl. Hang Lekir I No. 6
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Volume:
13 No. 1, Mei 2008
Halaman:
Pendahuluan
Sampai saat ini, sub vektor tanaman pangan masih memiliki peranan yang
sangan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sub vektor tanaman pangan
tidak hanya berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional namun juga
dalam mewujudkan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga
kerja, penyedia bahan baku industri. Beras merupakan kebutuhan pangan pokok
bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Produksi beras dalam negeri dari tahun
ke tahun terus meningkat, walaupun mempunyai kecenderungan laju pertumbuhannya melandai.
Pertumbuhan penduduk Indonesia melaju cepat, yakni 1,35% per tahun pada periode
tahun 1990-2000. Kenyataan ini menyebabkan produksi dalam negeri hanya cukup
untuk pemenuhan konsumsi beras domestik, nahkan untuk cadangan nasional setiap
tahun slalu ada realisasi impor beras dari luar negeri.
Masalah dan Tujuan
Masalah:
Pertumbuhan laju penduduk per kapitanya setiap tahun tidak jauh lebih besar
dibandingkan produksi beras, karena pertumbuhan penduduk Indonesia melaju
dengan cepat. Perlu ditambahkannya lagi produksi beras agar dapat memenuhi
kebutuhan penduduk Indonesia.
Tujuan:
-
Untuk mecapai swasembada, pada tahun 2009 produksi padi nasional
ditargetkan sebesar 12,19 juta ha dan 4,65 ton.
-
Penigkatan beras nasional
-
Mewujudkan
ketahanan pangan nasional,pembangunan wilayah dan meyediakan bahan baku
industri
Tinjauan Pustaka
Abbas Syamsudin, “Revolusi Hijau dengan Swasembada Beras dan Jagung”,
Setdal Bimas, Jakarta, 1997.
Arifin, Bustanul, “Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia”, Buku Kompas,
Jakarta, 2004.
BPS, “Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 1987”, BPS, Jakarta,
1987.
______, “Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 1997”, BPS, Jakarta,
1997.
Departemen Pertanian, “Rencana Strategis Pembangunan Tanaman Pangan Tahun
2005-2009”, Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan, Jakarta, 2004.
__________, “Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnin Padi”, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 2005.
__________, “Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 2005.
Syafaat, N. Ett All, “Proyeksi Permintaan dan Penawaran Komoditas Utama
Pertanian”, Pusat Analisis Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian,
Bogor, 2005.
Hipotesis
Tabel 1
menggambarkan hasil estimasi penawaran padi dengan angka elastisitas areal
tanam padi terhadap harga riil pupuk urea sebesar -0.028 maka peningkatan harga
riil pupuk urea sebesar 10 persen akan menurunkan areal tanam padi sebesar 0,28
persen.
Tabel 1 :
Analisis fungsi respon areal tanam padi : Apakah areal tanam padi terhadap
harga pupuk urea mengalami kenaikan atau penurunan.
Tabel 2
menggambarkan elastisitas produktivitas terhadap harga riil pupuk urea sebesar
–0,1652 menunjukkan bahwa harga pupuk urea naik 10 persen, maka produktivitas
padi akan menurun sebesar -1,652 persen.Sedangkan penerapan teknologi yang
direpresentasikan oleh koefisien tren menunjukkan hasil yang positif walau
tidak elastis.
Tabel 2 :
Elastisitas produktivitas : Apakah harga pupuk urea mengalami kenaikan atau
penurunan
Tabel 3
menggambarkan untuk mencapai swasembada Direoktoral Jenderal Produksi Tanaman
Pangan Departemen Pertanian menetapkan target produksi padi nasional.Luas panen
dan produktivitas padi ditargetkan sebesar 12.19 juta ha dan 4,65 ton /ha atau
tumbuh masing-masing 0,37 persen dan 0.8 persen per tahun.
Tabel 3 :
Target luas panen,produktivitas,dan produksi padi : Apakah mampu mencapai
swasembada.
Tabel 4
menggambarkan proyeksi luas panen,produktivitas,dan produksi padi nasional.Luas
panen ,produktivitas dan produksi padi meningkat masing-masing 1,25 . 1.64 dan
2,91 persen per tahun sampai dengan 2010
Tabel 4 :
Proyeksi luas panen,produktivitas,dan produksi padi : Apakah proyeksi luas
panen,produktivitas,dan produkasi padi menunjukan hasil yang optimis
Tabel 5
menggambarkan penggunaan GKG = 7,3 persen dari produksi,produksi beras =
konversi GKG ke beras = 63,2%,penggunaan beras non pangan = 3,33 persen dari
produksi beras,ketersediaan beras untuk dikonsumsi = produksi beras –
penggunaan beras non pangan.
Tabel 5 :
Perbedaan proyeksi dengan target untuk luas panen,produktivitas,dan produksi
padi :Apakah produksi padi diproyeksikan akan meningkat.
Tabel 6
menggambarkan kisaran proyeksi penggunaan beras periode 2006-2010 sebesar
1,09-1,22 juta ton maka ketersediaan beras untuk dikonsumsi berkisar
antara 31,56-35,40 juta ton
Tabel 6 :
Proyeksi ketersediaan beras untuk konsumsi penduduk tahun 2006-2010(ton) :
Apakah kisaran proyeksi penggunaan beras mampu menyediakan beras untuk
dikonsumsi
Variabel yang Digunakan
Variabel :
Harga urea
Tren
Intercept
Tahun
Luas panen
Pertumbuhan
Produktivitas
Produksi
Penggunaan
GKG
Produksi
beras
Penggunaan
beras non pangan
Ketersediaan
konsumsi langsung
Variabel
bebas :
R
ton
ha
ton/ha
Sampling
Jumlah
sampel yang digunakan dalam proyeksi permintaan dan penwaran beras yang
dianalisis oleh Departemen Pertanian antara tahun 2005-2010.Ketidak akuratan
data dalam beberapa variabel yang dipakai dalam metode analisis menyebabkan
beberapa data seperti areal tanam,harga urea kurang mendapatkan hasil yang
relevan.
Kesimpulan
Melalui pendekatan fungsi penawaran dan permintaan serta dengan menggunakan
data sekunder tahunan, telah diestimasi proyeksi permintaan dan penawaran untuk
periode 2006-2010. Untuk mendapatkan gambaran proyeksi ketersediaan beras untuk
dikonsumsi langsung, maka dari proyeksi produksi padi dikonversikan ke beras,
lalu dikurangi dengan penggunaan beras untuk non pangan.Dengan membandingkan
angka proyeksi ketersediaan tersebut dengan angka proyeksi konsumsi langsung,
maka dapat diperoleh gambaran proyeksi surplus atau defisit untuk periode 2007-2010.
Hasil kajian menunjukan bahwa tahun 2007 dan 2008 masih defisit, sedangkan
tahun 2009-2010 terjadi surplus beras.
Keterbatasan
Dalam
melakukan proyeksi produksi padi ada dua faktor yang dipertimbangkan yaitu
areal panen dan produktivitas.Statistik menunjukkan bahwa luas panen pada tahun
2005 mencapai 11,84 juta ha,sementara produktivitas mencapai 4,57
ton/ha.Produksi pada tahun yang sama mencapai 54,15 juta ton gabah kering
giling (GKG).Jika kisaran proyeksi penggunaan beras periode 2006-2010 sebesar
1,09-1,22 juta ton maka keterbatasan tersedianya beras untuk dikonsumsi sebesar
antara 31,56-36,40 juta ton.
Implikasi
Pada umumnya sebagian masyarakat menganggap bahwa impor beras dipicu oleh
produksi atau suplai beras dalam negeri yang tidak mencukupi. Akan tetapi, pada
kenyataannya impor beras dilakukan ketika data statistik menunjukkan bahwa
Indonesia sedang mengalami surplus beras, tetapi tetap saja Indonesia mengimpor
beras walaupun kebutuhan pangan di Indonesia belum terpenuhi. Demikian pula Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan
Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah mungkin menjadi
panduan secara administratif bagi Perum Bulog. Namun, tingkat kesejahteraan
petani bukan persoalan administrasi belaka, melainkan persoalan hidup riil yang
memerlukan langkah pemihakan dan perhatian yang memadai. Di sinilah sebenarnya
harapan petani dan masyarakat banyak kepada penyelenggara negara di Indonesia.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)