Selasa, 05 November 2013
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
TUGAS
PENGANTAR TELEMATIKA
|
PENGEMBANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI
Nama & NPM : Latifah | 13110973
Novika Ari Pahlawati | 15110080
Restu Anjani | 15110772
Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Jurusan : Sistem Informasi
Kelas : 4KA11
Depok
2013
ABSTRAKSI
Latifah.
13110973
Novika Ari Pahlawati.
15110080
Restu
Anjani. 15110772
PENGEMBANGAN
MEDIA PEMBELAJARANBERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Tugas Pengantar Telematika. Jurusan Sistem
Informasi, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas
Gunadarma, 2013
Kata kunci:
media pembelajaran, teknologi informasi
(iii + 19 halaman)
Media
pembelajaran dapat merupakan wahana penyalur pesan dan informasi belajar.Media
pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik
dalammencerna dan memahami materi pelajaran. Di era globalisasi dan informasi
ini,perkembangan media pembelajaran juga semakin maju.Penggunaan Teknologi
Informasi(TI) sebagai media pembelajaran sudah merupakan suatu
tuntutan.Walaupun perancanganmedia berbasis TI memerlukan keahlian khusus,
bukan berarti media tersebut dihindari danditinggalkan.Media pembelajaran
berbasis TI dapat berupa internet, intranet, mobile phone,dan CD Room/Flash
Disk. Adapun komponen utamanya meliputi Learning Management
System
(LMS),
dan Learning Content (LC).
Daftar
Pustaka (2012-2013)
ii
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman
Judul.................................................................................................. i
Abstraksi........................................................................................................... ii
Daftar
Isi........................................................................................................... iii
Bab I PENDAHULUAN................................................................................ 1
Bab II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1
Pengertian Media Pembelajaran.......................................................4
2.2
Manfaat Media
Pembelajaran...........................................................6
2.3
Jenis-jenis Media..............................................................................8
Bab III ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................... 12
3.1. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi (TI)..............................................................12
Bab IV PENUTUP........................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan......................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yangdiserahi
tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan
tabiatsesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004). Oleh karena itu
pendidikandiharapkan benar-benar diarahkan untuk menjadikan peserta didik mampu
mencapai prosespendewasaan dan kemandirian.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu bagian yang
tidakterpisahkan dari proses pendewasaan manusia tentu di satu sisi memiliki
andil yang besar
bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, namun di sisi lain
pendidikan
juga
perlu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu mencapai
tujuannya
secara efektif dan efisien.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan
alat-alat
bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Dewasa
ini pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan perkembangan teknologi
informasi,
sehingga terjadi perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan (Hujair, 2009).
Hal
ini mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam proses
pembelajaran
di
kelas, sudah menjadi suatu kebutuhan sekaligus tuntutan di era global ini.
Guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu dikembangkan
berbagai
model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal ini perlu dilakukan agar
proses
pembelajaran
tidak terkesan kurang menarik, monoton dan membosankan sehingga akan
menghambat
terjadinya transfer of knowledge. Oleh karena itu peran media dalam
proses
pembelajaran
menjadi penting karena akan menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi
lebih
bervariasi dan tidak membosankan.
Pada
hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi atau
penyampaian
pesan dari pengantar ke penerima.
1
Pesan
berupa materi pelajaran yangdituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik
verbal (kata-kata dan tulisan) maupunnonverbal. Pesan inilah yang akan
ditangkap oleh peserta didik sebagai sebuah pengetahuan,keterampilan maupun nilai-nilai
yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Agar
pesan
tersebut tersampaikan secara efektif tentu membutuhkan sarana atau media yang
memadai.
Dalam
kenyataannya retensi siswa atau daya tangkap siswa sangat dipengaruhi oleh
model
aktivitas belajar yang dilakukan guru. Siswa hanya dapat menyerap 5% bahan
pembelajaran
apabila aktivitas ceramah dilakukan oleh guru dalam membelajarkan siswa.
Sedangkan
apabila aktivitas belajar dilakukan dengan teman sebaya, daya retensi siswa
mencapai
90%.
Gambar
1. Piramida Pembelajaran
Penelitian
Eyler dan Giles (dalam Widharyanto, 2003) membuktikan bahwa
keefektifan
pembelajaran dipengaruhi oleh media yang digunakan guru.
2
Mereka
menemukanbahwa model pembelajaran yang letaknya paling atas dalam kerucut,
yakni pembelajaranyang hanya melibatkan symbol-simbol verbal melalui sajian
teks adalah pembelajaran yangmenghasilkan tingkat abstraksi paling
tinggi.Pembelajaran yang paling efektif adalahpembelajaran yang berada pada
dasar kerucut, yakni terlibat langsung dengan pengalamanpengalamanbelajar yang
bertujuan. Tingkat abstraksi pada model pembelajaran ini sangat
rendah
sehingga memudahkan siswa dalam menyerap pengetahuan dan keterampilan baru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut
Depdiknas (2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan
bentuk jamak
dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna
umumnya adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima
informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses
komunikasi,
sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar yang merupakan
kombinasi antara
perangkat lunak (bahan belajar) dan perangkat keras (alat belajar).
Association for
Education and Communication Technology (AECT), mengartikan kata
media sebagai
segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses informasi. National
Education
Association (NEA) mendefinisikan
media sebagai segala benda yang dapat
dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang
dipergunakan
untuk kegiatan tersebut. Sedangkan HEINICH, dkk (1982) mengartikan istilah
media sebagai “the
term refer to anything that carries information between a source and a
receiver”.
Sementara,
Marshall McLuhan (dalam Oemar Hamalik, 2003: 201) berpendapat
bahwa media
adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang
lain yang tidak
mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan ini, media
komunikasi
mencakup surat-surat, televisi, film dan telepon, bahwa jalan raya dan jalan
kereta api
merupakan media yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang
lain.
4
Lebih lanjut
Oemar Hamalik membedakan pengertian media menjadi dua yaitu dalamarti sempit
dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi
mediayang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang
terencana, sedangkandalam artian luas, media tidak hanya meliputi media
komunikasi elektronik yang kompleks,tetapi juga mencakup alat-alat sederhana,
seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan
guru,
objek-objek nyata, serta kunjungan ke luar sekolah. Sejalan dengan pandangan
itu,
guru-guru pun
dianggap sebagai media penyajian, di samping radio dan televisi karena samasama
membutuhkan dan
menggunakan banyak waktu untuk menyampaikan informasi kepada
siswa.
Romiszowski
(dalam Oemar Hamalik, 2003: 201) merumuskan media pengajaran
“….as the
carries of massages, from some transmitting source (which may be a human being
or an intimate
object), to the receiver of the massages (which is our case is the learner).
Adapun Djamarah
dan Aswan (2002: 136) mendefinisikan media sebagai alat bantu apa saja
yang dapat
dijadikan sebagai wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan guna
mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam konteks media sebagai sumber belajar, maka secara
luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan
peserta didik
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
Pada hakikatnya
berbagai batasan yang dikemukakan di atas mengandung pengertian
dasar yang sama.
Dalam berkomunikasi kita membutuhkan media atau sarana. Secara umum
makna media
adalah apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber Informasi ke
penerima
informasi. Jadi media pembelajaran merupakan “perangkat lunak” (Software) yang
berupa pesan
atau informasi pendidikan yang disajikan dengan memakai suatu peralatan
bantu(Hardware)
agar pesan/informasi tersebut dapat sampai kepada mahasiswa. Di sini
jelas bahwa
media berbeda dengan peralatan tetapi keduanya merupakan unsur-unsur yang
saling terkait
satu sama lain dalam usaha menyampaikan pesan/informasi pendidikan kepada
mahasiswa.
5
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa (a) media merupakan wadah dari
pesan yang oleh
sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima
pesan tersebut,
dan (b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan
bahwa tujuan
yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.
2.2. Manfaat Media Pembelajaran
Setiap materi
pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu
sisi ada bahan
pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi di sisi lain
ada bahan
pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang
mempunyai
tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa
yang kurang
menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.
Keberadaan media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
merupakan suatu
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Guru sebagai penyampai pesan
memiliki
kepentingan yang besar untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan-pesan
atau materi pembelajaran kepada peserta didik. Guru juga menyadari bahwa tanpa
media, materi
pembelajaran akan sulit untuk dapat dicerna dan dipahami oleh siswa,
apalagibila materi pembelajaran yang harus disampaikan tergolong rumit dan
kompleks. Untuk itu
penggunaan media
mutlak harus dilakukan agar materi dapat sampai ke peserta didik secara
efektif dan
efisien.
Secara umum,
manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara
guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Tetapi secara
khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (dalam
Depdiknas, 2003)
mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian
materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi
dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan
proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
7. Media dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Mengubah
peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
6
Selain beberapa
manfaat media seperti yang dikemukakan di atas, masih terdapat
beberapa manfaat
praktis. Manfaat praktis media pembelajaran tersebut adalah :
1. Media dapat
membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkret
2. Media juga
dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
3. Media dapat
membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.
4. Media dapat
menyajikan objek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan
berbahaya ke
dalam kelas.
5. Informasi
pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan
mendalam dan
lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara praktis media
pembelajaran
memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1.
Mengkonkretkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga dapat mengurangi
verbalisme.
Misalnya dengan menggunakan gambar, skema, grafik, model, dan
sebagainya.
2. Membangkitkan
motivasi, sehingga dapat memperbesar perhatian individual siswa untuk
seluruh anggota
kelompok belajar sebab jalannya pelajaran tidak membosankan dan tidak
monoton.
3. Memfungsikan
seluruh indera siswa, sehingga kelemahan dalam salah satu indera (misal:
mata atau
telinga) dapat diimbangi dengan kekuatan indera lainnya.
4. Mendekatkan
dunia teori/konsep dengan realita yang sukar diperoleh dengan cara-cara
lain selain
menggunakan media pembelajaran. Misalnya untuk memberikan pengetahuan
tentang pola
bumi, anak tidak mungkin memperoleh pengalaman secara langsung. Maka
dibuatlah globe
sebagai model dari bola bumi. Demikian juga benda-benda lain yang
terlalu besar
atau terlalu kecil, gejala-gejala yang gerakannya terlalu cepat atau terlalu
lambat,
gejala-gejala/objek yang berbahaya maupun sukar didapat, hal-hal yang terlalu
kompleks dan
sebagainya, semuanya dapat diperjelas menggunakan media pembelajaran.
5. Meningkatkan
kemungkinan terjadinya interaksi langsung antar siswa dengan
lingkungannya.
Misalnya dengan menggunakan rekaman, eksperimen, karyawisata, dan
sebagainya.
7
6. Memberikan
uniformitas atau keseragaman dalam pengamatan, sebab daya tangkap setiap
siswa akan
berbeda-beda tergantung dari pengalaman serta intelegensi masing-masing
siswa. Misalnya
persepsi tentang gajah, dapat diperoleh uniformitas dalam pengamatan
kalau binatang
itu diamati langsung atau tiruannya saja dibawa ke depan kelas.
7. Menyajikan
informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan
menurut
kebutuhan. Misalnya berupa rekaman, film, slide, gambar, foto, modul, dan
sebagainya.
2.3. Jenis-jenis Media
Berdasarkan
kategori media, Paul dan David (1999) melalui Rishe (2007)
berpendapat
bahwa ada enam kategori, yaitu media yang tidak diproyeksikan, media yang
diproyeksikan,
media audio, media film dan video, multimedia, dan media berbasis
komunikasi.
Sementara, menurut Schramm mengkategorikan media dari dua segi: dari segi
kompleksitas dan
besarnya biaya dan menurut kemampuan daya liputannya. Briggs
mengidentifikasikan
tiga belas macam media pembelajaran yaitu objek, model, suara
langsung,
rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media
transparansi,
film rangkai, film bingkai, film televise, dan film gambar. Gagne menyebutkan
tujuh macam
pengelompokkan media, yaitu benda untuk didemostrasikan, komunikasi lisan,
media cetak,
gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Menurut Edling,
ada enam macam
media pembelajaran yaitu kodifikasi subjektif visual, dan kodifikasi
objektif audio,
kodifikasi subjektif audio, dan kodifikasi objektif visual, pengalaman
langsung dengan
orang, dan pengalaman langsung dengan benda-benda. Soeparno (1988),
berpendapat
bahwa klasifikasi media dilakukan dengan menggunakan tiga unsure
berdasarkan
karakteristiknya, berdasarkan dimensi presentasinya, dan berdasarkan
pemakaiannya.
8
Bretz (dalam
Hujair., 2009) mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur
pokok, yaitu
suara, visual, dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis,
dan
simbol yang
merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera
penglihatan. Di
samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication)
dan media rekam (recording)
sehingga terdapat delapan klasifikasi media: (1) media audio
visual gerak,
(2) media audio visual diam, (3) media audio visual semi gerak, (3) media
visual gerak,
(5) media visual diam, (6) media semi gerak, (7) media audio, dan (8) media
cetak.
Dengan
menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dengan
pengalaman suara
(audio), penglihatan (visual), dan pengalaman gerakan dapat diatasi sikap
pasif peserta
didik dalam pembelajaran. Contoh dari masing-masing media tersebut di atas
tampak pada
Tabel 1.
Tabel 1.
Jenis-Jenis Media Menurut Bretz
9
Sumber: Arief S.
Sadiman, dkk., 2006
Dari berbagai
ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media
dan sumber
belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu media audio, media
visual, media
audio-visual, dan media serba neka.
10
1. media audio:
radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder dan telepon
2. media visual
a. media visual
diam: foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi, dan
barang hasil
cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai, film rangkai,
transparansi,
mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram dan sketsa, poster,
gambar kartun,
peta dan globe
b. media visual
gerak: film bisu
3. media
audio-visual
a. media
audiovisual diam: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku
dan suara.
b. Media audio
visual gerak: video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan
suara
4. media serba
neka
a. papan dan
display: papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan
magnetic, whiteboard,
mesin pengganda
b. Media tiga
dimensi: realia, sampel, artifact, model, diorama, display
c. media teknik
dramatisasi: drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,
pawai/karnaval,
pedalangan/panggung boneka, simulasi
d. sumber
belajar pada masyarakat: kerja lapangan, studi wisata, perkemahan
e. belajar
terprogram
f. komputer
11
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Teknologi Informasi (TI)
Di era
globalisasi dan informasi ini penggunaan media pembelajaran berbasis
Teknologi
Informasi (TI) menjadi sebuah kebutuhan dan tuntutan namun dalam
implementasinya
bukanlah merupakan hal yang mudah. Dalam menggunakan media tersebut
harus
memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat
dimanfaatkan
dengan maksimal
dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut.
Arief S.
Sadiman, dkk (2006) mengatakan bahwa ditinjau dari kesiapan
pengadaannya,
media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan
komoditi
perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by
utilization) dan media
rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk
maksud dan
tujuan pembelajaran tertentu.
Dari pernyataan
tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan
LCD Proyektor
meupakan media rancangan yang di dalam penggunaannya sangat diperlukan
perancangan khusus
dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras
(hardware) yang difungsikan
dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan
satu unit
komputer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD Proyektor. Dengan
demikian media
ini hendaknya menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
Teknologi
jaringan komputer/internet memberi manfaat bagi pemakainya untuk
melakukan
komunikasi secara langsung dengan pemakai lainnya. Hal ini dimungkinkan
dengan
diciptakannya sebuah alat bernama modem. Jaringan komputer/internet
memberi
kemungkinan bagi
pesertanya untuk melakukan komunikasi tertulis dan saling bertukar
pikiran tentang
kegiatan belajar yang mereka lakukan. Jaringan komputer dapat dirancang
sedemikian rupa
agar dosen dapat berkomunikasi dengan mahasiswa dan mahasiswa dapat
melakukan
interaksi belajar dengan mahasiswa yang lain.
12
Interaksi
pembelajaran dengan
menggunakan
jaringan komputer tidak saja dapat dilakukan secara individual, tetapi juga
untuk menunjang
kegiatan belajar kelompok. Pemanfaatan jaringan komputer dalam sistem
pendidikan jarak
jauh dikenal juga dengan istilah Computer Conferencing System (CCF).
Biasanya sistem
ini dilakukan melalui surat elektronik atau E-mail. Beberapa kelebihan
pemanfaatan
jaringan komputer dalam sistem pendidikan jarak jauh yaitu: dapat memperkaya
model-model
tutorial, dapat memecahkan masalah belajar yang dihadapi mahasiswa dalam
waktu yang lebih
singkat dan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam memperoleh
informasi. CCF
memberi kemungkinan bagi mahasiswa dan dosen untuk melakukan interaksi
pembelajaran
langsung antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok (Mason,
1994 dalam Benny A. Pribadi dan Tita Rosita, 2002:13-14)
I Ketut Gede
Darma Putra (2009) mengemukakan beberapa media yang dapat
digunakan dalam
pembelajaran berbasis TI, adalah:
1. Internet
Internet adalah
media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI, karena
perkembangan
internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning,
web base
learning,
dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya. Internet merupakan
jaringan
komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi
informasi dan
pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar
mengajar selalu
dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan
berbasis TI
tersedia akses internet.
Saat ini wilayah
Indonesia yang terjangkau jaringan internet semakin meluas hal ini
sebagai dampak
dari perkembangan yang pesat dari jaringan telekomunikasi. Mulai dari
jaringan telepon
rumah/kantor, jaringan Speedy telkom, leased line ISP, sampai dengan
komunikasi
melalui GPRS, 3G, HSDPA dengan memanfaatkan modem GSM dan CDMA
dari provider
seluler adalah sederetan teknologi yang dapat digunakan untuk akses
internet. Dengan
kata lain, saat ini tersedia banyak pilihan teknologi untuk melakukan
koneksi pada
jaringan global.
13
2. Intranet
Apabila
penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan, maka intranet dapat
dijadikan
alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI. Karakteristik intranet hampir
sama dengan
internet, hanya saja untuk area lokal (dalam suatu kelas, sekolah, gedung,
atau antar
gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan
mudah dan lebih
murah dijalankan pada intranet. Menurut penulis, pada kondisi-kondisi
tertentu
intranet justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan
berbasis
TI.
3. Mobile Phone
Pembelajaran
berbasis TI juga dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon
seluler, hal ini
dapat dilakukan karena kemajuan teknologi telpon seluler yang pesat.
Seseorang bisa
mengakses materi pembelajaran, mengikuti pembelajaran melalui telpon
seluler. Begitu
canggihnya perkembangan teknologi ini sampai memunculkan istilah baru
dalam
pembelajaran berbasis TI yang disebut M-learning (mobile learning).
4. CD-ROM/Flash
Disk
Media CD-ROM
atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan
internet/intranet
tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media tersebut,
kemudian dibuka
pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk
merupakan bentuk
pembelajaran berbasis TI yang paling sederhana dan paling murah.
Selain itu I
Ketut Gede Darma Putra (2009) Ada 2 komponen utama dalam
pembelajaran
berbasis TI, yaitu Learning Management System (LMS), dan Learning
Content
(LC).
1. Learning
Management System
Ada suatu
ungkapan yang menyatakan “if learning content is king, then infrastructure
(LMS) is god”. Ungkapan
tersebut menunjukkan betapa pentingnya komponen LMS dalam
pembelajaran
berbasis TI. LMS merupakan suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan
sebagai staff
administrasi yang akan mengatur penyelenggaraan proses belajar mengajar.
14
Berikut adalah
beberapa fungsi dari LMS:
a. Mengelola
materi pembelajaran
Setiap mata
pelajaran akan memiliki materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran
akan
dikelompokkan berdasarkan kelas (seperti kelas 1, 2, 3) dan juga semester. Pada
setiap semester,
materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan pertemuan
pertama, kedua,
ketiga, dan seterusnya. Setiap materi pembelajaran kemudian dapat
mengalami
perubahan atas dasar pergantian kurikulum.
Kondisi di atas
akan menjadi rumit ketika kita mencoba untuk menjawab pertanyaanpertanyaan
berikut ini:
1) Bagaimana
kemudian kalau ada puluhan mata pelajaran dengan ratusan materi
pembelajaran?
2) Bagaimana
caranya agar peserta (siswa) tidak salah masuk kelas (tidak salah
mengambil materi
pembelajaran)?
3) Bagaimana
kemudian kalau pengajar ingin menambah atau memperbaiki materi
pembelajaran
pada suatu semester tertentu?
4) Bagaimana
caranya dalam proses belajar mengajar dapat membandingkan materi
pembelajaran
dari kurikulum yang berbeda atau dari meteri tahun sebelumnya?
5) Dan banyak
pertanyaan lainnya yang dapat membuat keadaan dalam proses belajar
mengajar
berbasis TI menjadi ruwet.
Pertanyaan-pertanyaan
ruwet di atas akan menjadi begitu mudah bila proses
pembelajaran
memiliki LMS. Inilah peran pertama LMS yang mampu mengelola materi
pembelajaran dan
memandu pengajar dan peserta dalam proses belajar mengajar.
b. Registrasi
dan Persetujuan
LMS dapat
melakukan pendaftaran para peserta pembelajaran dan melakukan hal-hal
yang bersifat
persetujuan apabila ada kondisi yang membutuhkan persetujuan dalam
pembelajaran.
Fungsi ini juga bermanfaat dalam membatasi mereka yang berhak
mengikuti
pelajaran dengan mereka yang tidak berhak.
c. Merekam
aktifitas belajar mengajar
Peran ketiga
dari LMS adalah merekam aktifitas belajar mengajar. Peran ini akan mampu
menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: berapa lama, kapan mulai, kapan berakhir
proses belajar
mengajar (mengakses materi pembelajaran), siapa saja yang hadir, proses
diskusi (tanya
jawab) yang terjadi, dan memberikan peringatan kepada peserta.
15
d. Melakukan
evaluasi
Fungsi keempat
LMS adalah melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar
menyangkut:
mengukur kemajuan peserta antara sebelum melakukan pembelajaran
dengan sesudah
pembelajaran, mengukur seberapa jauh pemahaman peserta terhadap
materi, dan atas
dasar hasil evaluasi kemudian memberikan saran ke peserta untuk
mengulang
kembali beberapa materi pembelajaran yang dianggap kurang. Aspek evaluasi
lain yang bisa
dilakukan adalah mengukur kepuasan atau persepsi peserta terhadap materi
pembelajaran
terutama dalam hal penyajian materi. Bagaimanapun ada korelasi yang
tinggi antara
kemampuan daya serap peserta dengan cara penyajian materi pembelajaran.
e. Media
komunikasi
LMS dapat
menjadi media komunikasi, menyampaikan pengumuman, meningkatkan
interaktifitas
antara pengajar, peserta, dan pihak administrator.
f. Pelaporan
Muara akhir dari
fungsi-fungsi di atas adalah pembuatan pelaporan otomatis dan
transparan
menyangkut hasil dari proses belajar mengajar. Pembuatan laporan dapat
dibuat
berdasarkan hak-hak akses dari komponen sekolah. Sebagai contoh pelaporan
untuk pimpinan
(pihak atasan), pengajar, peserta bahkan mungkin orang tua dapat
mengakses dengan
fasilitas yang berbeda-beda.
2. Learning
Content
Learning content
adalah
materi pembelajaran itu sendiri, yang akan disajikan kepada
peserta
pembelajaran. Isi materi harus dibuat oleh mereka yang punya kompetensi di
bidangnya, tidak
peduli apakah mereka memahami banyak tentang TI atau tidak. Setelah isi
materi selesai
dibuat baru kemudian dibuatkan versi elektroniknya oleh para pengembang
content(content
developers) sehingga bisa dimasukkan ke LMS.
Penyajian content
harus mengandung daya tarik sehingga peserta memiliki minat
untuk membaca
(mempelajari), mengandung unsur-unsur animasi, suara, video, interaktif,
dan simulasi,
namun demikian harus tetap memperhatikan bandwidth dari internet atau
intranet
sehingga tidak terlalu lambat tampil saat dipelajari oleh peserta.
16
Dalam
mempelajari
materi, peserta
harus memiliki kontrol terhadap penyajian materi, dapat melompat dari satu
topik ke topik
yang lainnya. Fasilitas forum, chatting, dan video conference dapat
digunakan
untuk menjaga
interaktivitas.
17
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Media pembelajaran dapat merupakan wahana penyalur pesan dan informasi belajar.
Media
pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik
dalam
mencerna dan memahami materi pelajaran. Fungsi media dalam kegiatan
pembelajaran
bukan sekedar alat peraga bagi guru melainkan sebagai pembawa
informasi/pesan
pembelajaran. Masing-masing jenis media pembelajaran memiliki
karakteristik,
kelebihan serta kekurangannya. Itulah sebabnya maka perlu adanya
perencanaan
yang sistematis untuk penggunaan media pembelajaran.
2.
Di era globalisasi dan informasi ini, perkembangan media pembelajaran juga
semakin
maju.
Penggunaan Teknologi Informasi (TI) sebagai media pembelajaran sudah
merupakan
suatu tuntutan. Walaupun perancangan media berbasis TI memerlukan
keahlian
khusus, bukan berarti media tersebut dihindari dan ditinggalkan. Media
pembelajaran
berbasis TI dapat berupa internet, intranet, mobile phone, dan CD
Room/Flash
Disk. Adapun komponen utamanya meliputi Learning Management System
(LMS),
dan Learning Content (LC).
3.
Penggunaan media pembelajaran ekonomi dapat memperlancar proses pembelajaran
dan
mengoptimalkan
hasil belajar untuk itu sebagai pendidik seyogyanya mampu memilih
dan
mengembangkan media yang tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih
efektif
dan efisien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Munib
(2004) Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES
Arief S.
Sadiman, dkk (2006) Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya.
Edisi Pertama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Depdiknas (2003)
Media Pembelajaran.Jakarta : Depdiknas.
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Cetakan
Kedua,
Jakarta: Rineka
Cipta
Heinich, Robert,
Michael Molenda, James D. Russel, (1982) Instructional Media: and the
New Technology
of Instruction,
New York: Jonh Wily and Sons.
Hujair AH.Sanaky
(2009) Media Pembelajaran.Yogyakarta: Safiria Insania Press
I Ketut Gede
Darma Putra (2009) Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi.Makalah ini
disampaikan pada
Rakorda Disdikpora Bali – 10 Maret 2009
Oemar Hamalik
(2003) Media Pendidikan, Cetakan VI, Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Soeparno
(1988).Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Inter-Pariwisata.
19
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)